BIODIESEL
Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester
alkil/alkil asam-asam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak
nabati melalui proses trans atau esterifikasi. stilah biodiesel identik dengan
bahan bakar murni.
v Keuntungan Pemakaian Biodiesel :
1. Dihasilkan
dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya terjamin
2. Cetane
number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar
berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin)
3. Viskositas
tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada solar
sehingga memperpanjang umur pakai mesin
4. Dapat
diproduksi secara lokal
5. Mempunyai
kandungan sulfur yang rendah
6. Menurunkan
tingkat opasiti asap
7. Menurunkan
emisi gas buang
8. Pencampuran
biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan biodegradibility petroleum
diesel sampai 500 %
v Kelemahannya Pemakaian Biodiesel :
Tidakk cocok dipakai untuk kendaraan bermotor
yang memerlukan kecepatan dan daya, karena biodiesel menghasilkan tenaga yang
lebih rendah dibandingkan solar murni.
v Bahan Baku Biodiesel
Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel
dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan tergantung pada sumberdaya
utama yang banyak terdapat di suatu tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak
sumber daya untuk bahan baku biodiesel.
Beberapa sumber minyak nabati yang
potensial sebagai bahan baku Biodiesel.
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Sumber Minyak
|
Isi
% Berat Kering |
P / NP
|
Jarak
Pagar
|
Jatropha
Curcas
|
Inti biji
|
40-60
|
NP
|
Jarak
Kaliki
|
Riccinus
Communis
|
Biji
|
45-50
|
NP
|
Kacang
Suuk
|
Arachis
Hypogea
|
Biji
|
35-55
|
P
|
Kapok
/ Randu
|
Ceiba
Pantandra
|
Biji
|
24-40
|
NP
|
Karet
|
Hevea
Brasiliensis
|
Biji
|
40-50
|
P
|
Kecipir
|
Psophocarpus
Tetrag
|
Biji
|
15-20
|
P
|
Kelapa
|
Cocos
Nucifera
|
Inti biji
|
60-70
|
P
|
Kelor
|
Moringa
Oleifera
|
Biji
|
30-49
|
P
|
Kemiri
|
Aleurites
Moluccana
|
Inti biji
|
57-69
|
NP
|
Kusambi
|
Sleichera
Trijuga
|
Sabut
|
55-70
|
NP
|
Nimba
|
Azadiruchta
Indica
|
Inti biji
|
40-50
|
NP
|
Saga
Utan
|
Adenanthera
Pavonina
|
Inti biji
|
14-28
|
P
|
Sawit
|
Elais
Suincencis
|
Sabut dan biji
|
45-70 + 46-54
|
P
|
Nyamplung
|
Callophyllum
Lanceatum
|
Inti biji
|
40-73
|
P
|
Randu
Alas
|
Bombax
Malabaricum
|
Biji
|
18-26
|
NP
|
Sirsak
|
Annona
Muricata
|
Inti biji
|
20-30
|
NP
|
Srikaya
|
Annona
Squosa
|
Biji
|
15-20
|
NP
|
PROSES TRANS-ESTERIFIKASI
Proses trans-esterifikasi merupakan
bagian terpenting pada rangkaian proses produksi biodiesel dan berpengaruh pada
proses pemurnian pasca reaksi. (Nurhuda, M., dkk., 2008)
Proses Transesterifikasi bertujuan
mengolah minyak nabati dengan menambahkan alkohol dan katalis menjadi alkil ester,
alkil ester ini pada rantai lemak yang panjang disebut biodiesel. Ester
tersebut dapat dihasilakan dari minyak nabati melalui proses transesterifikasi
dengan methanol atau ethanol. Pemisahan gliserin dan biodiesel hasil proses
transesterifikasi dengan mengunakan pemanasan. Untuk proses pengolahan 3 biodiesel
secara konvensional waktu pemanasan sangat berpengaruh pada hasil esterifikasi
yang biasanya diperlukan waktu sekitar 1-2 jam untuk skala kecil dan bisa
sampai lebih dari 12 jam untuk skala besar atau industri. ( Widodo, C S., dkk.,2008).
Pemilihan dan penggunaan katalis dalam
proses transesterifikasi merupakan bagian yang sangat penting. Ada dua pilihan
dalam pemilihan katalis dalam proses reaksi pembuatan biodiesel yaitu katalis
basa dan katalis asam. Dimana dari golongan tersebut masing-masing memiliki
bentuk fisik liquid dan solid. Penggunaan katalis baik dalam bentuk liquid
maupun solid masing – masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Katalis dalam
bentuk liquid pada umumnya membutuhkan pencucian dan separasi yang cukup
kompleks, sedangkan katalis solid tidak membutuhkan pencucian dan separasi
katalis relative jauh lebih mudah. Akan tetapi, katalis padat akan membutuhkan waktu
reaksi yang jauh lebih lama dari pada katalis liquid.
BIOETANOL
Bioetanol merupakan bahan bakar dari
tumbuhan yang memiliki sifat menyerupai minya premium (Khairani, 2007).
Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang
dilanjutkan dengan proses destilasi. Proses destilasi dapat menghasilkan etanol
dengan kadar 95% vulome, untuk digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu
lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99% yang lazim disebut fuel grade etanol
(Damianus, 2010).
Salah satu alternative bahan baku
pembuatan bioethanol adalah biomassa berselulosa. Biomassa berselulosa
merupakan sumber daya alam yang berlimpah, murah dan memiliki potensi mendukung
produksi komersial industry bahan bakar seperti etanol dan butanol. Selain dikonversi
menjadi biofuel, biomassa berselulosa juga dapat mendukung produksi komersial industry
kimia seperti asam organic, aseton atau gliserol (Wymann, 2002).
Etanol sebagai bahan bakar adalah
pilihan yang tepat karena etanol
memenuhi persyaratan sebagai bahan bakar transportasi yaitu mudah penanganan (handling) dan tinggi kandungan
energinya dalam satuan massa dan
volume. Produksi etanol dapat dilakukan secara
sintetis yaitu dengan melakukan reaksi kimia elementer untuk mengubah bahan
baku menjadi etanol, yang biasanya berasal dari pengilangan minyak bumi. Cara
memproduksi etanol yang lain adalah dengan proses ferrnentasi dengan bantuan
aktivitas kehidupan mikroorganisme untuk mengubah bahan baku menjadi etanol
(dikenal dengan bioetanol). Bahan baku untuk membuat bioetanol adalah hasil
pertanian berupa karbohidrat yang dibagi dalam 3 golongan, pertama yaitu bahan yang
mengandung turunan gula (bahan sukrosa) antara lain rnolase, gula tebu, gula bit,
nira, nira nipati, nira sarum manis, nira kelapa, nira aren serta sari buah
anggur dan mete. Kedua adalah bahan yang mengandung pati seperti biji-bijian
(gandum), kentang, tapioka, sagu, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan ganyong dan yang
ketiga adalah bahan yang mengandung selulosa (lignoselulosa) artinya bahan
tanaman yang mengandung selulosa (serat) seperti kayu, kapas, jerami, batang
pisang dan limbah pertanian lain seperti bagase dan tandan kosong kelapa sawit.
Namun berdasarkan ketiga jenis bahan baku tersebut, bahan berselulosa merupakan
bahan yang jarang digunakan dan cukup suli untuk diolah. Hal ini karena adanya
lignin yang sulit didegradasi sehinga proses pembentukan glukosa menjadi lebih
sulit (Khairani, 2007).
Masalah yang dihadapi dalam memproduksi
bioetanol adalah masalah biaya produksi
yang tidak efisien (biaya produksi tinggi). Oleh karena itu perlu ditemukan proses
produksi bioetanol dari pati sagu yang efisien, baik pada proses hidrolisis pati,
proses fermentasi untuk menghasilkan bioetanol maupun proses pernurnian bioetanol
sehingga dapat diaplikasikan sebagai bahan carnpuran bensin. Proses produksi yang
optimal dan efisien dengan biaya yang rendah untuk menghasilkan produk yang
memenuhi standar mutu bioetanol sebagai bahan bakar perlu dikembangkan,
sehingga penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif di lndonesia dapat
terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar