PENERAPAN BIDANG
BIOTEKNOLOGI PADA TANAMAN
Dewasa ini, teknik-teknik bioteknologi tanaman telah dimanfaatkan
terutama untuk memberikan karakter baru pada berbagai jenis tanaman.
Penekanan pemberian karakter tersebut dapat dibagi kedalam beberapa tujuan utama
yaitu peningkatan hasil, kandungan nutrisi, kelestarian lingkungan, dan nilai
tambah tanaman-tanaman tertentu. Sebagai contoh, beberapa tanaman
transgenik yang dikembangkan adalah:
1. Peningkatan kandungan
nutrisi: Pisang, cabe, raspberries, stroberi, ubi jalar
2. Peningkatan rasa: tomat
dengan pelunakan yang lebih lama, cabe, buncis, kedelai
3. Peningkatan kualitas:
pisang, cabe, stroberi dengan tingkat kesegaran dan tekstur yang meningkat
4. Mengurangi alergen:
polong-polongan dengan kandungan protein allergenik yang lebih rendah
5. Kandungan bahan berkhasiat obat: tomat dengan
kandungan lycopene yang tinggi (antioksidan untuk mengurangi kanker), bawang
dengan kandungan allicin untuk menurunkan kolesterol, padi dengan kandungan
vitamin A dan besi untuk mengatasi anemia dan kebutaan,
6. Tanaman untuk produksi vaksin dan obat-obatan
untuk mengobati penyakit manusia
7. Tanaman dengan kandungan
nutrisi yang lebih baik untuk pakan ternak.
Selain itu, pemanfaatan bioteknologi tanaman seperti rekayasa
genetika juga dapat memudahkan petani dalam budidaya tanaman. Misalkan dalam
pengendalian gulma yaitu dengan menghasilkan tanaman yang memiliki ketahanan
terhadap jenis herbisida tertentu. Sebagai contoh adalah Roundup Ready yang
terdiri dari kedelai, canola dan jagung yang tahan terhadap herbisida
Roundup. Di dunia saat ini telah banyak dilepas berbagai tanaman
transgenik. Sebagai contoh, di Asia yaitu di China pada tahun 2006 saja,
telah telah ada sekitar 30 spesies tanaman transgenik, antara lain padi,
jagung, kapas, rapeseed, kentang,
kedelai, poplar, tomat (delay ripening dan ketahanan virus),
petunia (warna bunga), paprika (virus
resistance), kapas (ketahanan hama) yang telah dilepas untuk
produksi.
Kemajuan
dan Penerapan Bioteknologi Tanaman Pada Tanaman Pangan
Kemajuan dan penerapan
bioteknologi tanaman tidak terlepas dari tanaman pangan. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan dunia termasuk kebutuhan nutrisi, kemajuan bioteknologi telah
mewarnai trend produksi pangan dunia. Padi saat ini masih merupakan
tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian prioritas utama untuk teknik
biologi molekuler dan transgenik saat ini masih diutamakan pada padi. Selain
karena merupakan tanaman pangan utama, padi memiliki genom dengan ukuran
sehingga dapat digunakan sebagai tanaman model utama. Selain padi tanaman
pangan yang telah banyak mendapat sentuhan bioteknologi adalah kentang.
Golden Rice
Penerapan bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama
dilakukan namun menjadi sangat terdengar ketika muncul golden rice pada tahun 2001 yang diharapkan dapat membantu
jutaan orang yang mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan kekurangan
vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan, respon
kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting untuk
pertumbuhan embrionik dan regulasi gen-gen pendewasaan.
Luasan lahan pertanian yang semakin sempit mengakibatkan produksi
perlahan harus ditingkatkan. Peningkatan ini tidak hanya berupa
peningkatan bobot panen namun juga nutrisi atau nilai tambah. Oleh sebab itu
dari suatu luasan yang sebelumnya hanya menghasilkan karbohidrat diharapkan
dapat ditambah dengan vitamin dan mineral. Hal inilah yang mendorong para
peneliti padi mengembangkan Golden
Rice. Pada awalnya penelitian dilakukan untuk
meningkatkan kandungan provitamin A berupa beta karoten, dan
saat ini fokus penelitian tetap dilakukan.
Nama Golden Rice
diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning menyerupai emas. Rekayasa genetika merupakan metode yang
digunakan untuk produksi Golden Rice.
Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk
mensintesis karotenoid. Pendekatan
transgenik dapat dilakukan karena adanya perkembangan teknologi transformasi
dengan Agrobacterium dan ketersediaan informasi molekuler biosintesis
karotenoid yang lengkap pada bakteri dan tanaman. Dengan adanya informasi tersebut terdapat
berbagai pilihan cDNA. Produksi prototype Golden Rice menggunakan galur padi japonica (Taipe 309), teknik
transformasi menggunakan agrobacterium dan beberapa gen penghasil beta
karoten tanaman daffodil hingga bakteri.
Bioteknologi Tanaman Kentang
Tanaman pangan dunia yang tidak kalah penting adalah
kentang. Seperti halnya padi, kentang juga menjadi komoditas utama yang
menjadi obyek penerapan bioteknologi tanaman. Teknik bioteknologi saat
ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang. Baik dalam teknik
penyediaan bibit, pemuliaan kentang, hingga rekayasa genetika untuk
meningkatkan sifat-sifat unggul kentang. Dalam hal penyediaan bibit, saat
ini teknik kultur jaringan telah banyak digunakan. Teknik kultur jaringan
memungkinkan petani mendapatkan bibit dalam jumlah besar yang identik dengan
induknya.
Teknik kultur jaringan juga dapat digunakan untuk menghasilkan
umbi mikro (microtuber).
Produksi kentang dari umbi mikro dan umbi konvensional menurut penelitian tidak
berbeda nyata. Selain itu teknik kultur jaringan pada tanaman kentang juga
bermanfaat terutama untuk preservasi in
vitro, fusi protoplas dan membantu dalam seleksi pada skema pemuliaan
tanaman. Pemuliaan kentang dilakukan untuk
meningkatkan sifat-sifat unggul dan menambah sifat baru sesuai kondisi yang
diharapkan. Salah satu kendala utama produksi kentang adalah
serangan penyakit yang tinggi sehingga pemuliaan kentang sering diarahkan untuk
meningkatkan tingkat ketahanan tanaman terhadap penyakit. Jika
dilakukan secara konvensional diperlukan sedikitnya 15 tahun untuk menghasilkan
kultivar baru. Hal ini terjadi karena kentang komersial pada umumnya
adalah tetraploid sehingga persilangan kentang akan menghasilkan keragaman yang
sangat tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini teknik
seleksi awal dengan teknik in vitro telah
dilakukan serta dapat juga dilakukan melalui marker assisted breeding (MAS). Untuk
meningkatkan sifat ketahanan dan sifat lain pendekatan rekayasa genetika juga
telah dilakukan melalui fusi protoplast dan tranformasi genetik.
Contoh pemanfaatan teknik transformasi agrobacterium pada tanaman
kentang adalah dengan menyisipkan gen dari spesies liar yaitu Rpi-blb, Rpi-blb2
yang dapat meningkatkan ketahanan terhadap Phytopthora infestans. Kentang
tersebut dinamakan dengan kultivar Kathadin. Contoh lain adalah
kentang dengan kandungan pati yang tinggi yang dapat menghasilkan kentang
goreng dan kripik kentang dengan kualitas yang lebih baik karena menyerap lebih
sedikit minyak ketika digoreng. Kentang ini dirakit dengan rekayasa genetika
dengan menginsert gen dari bakteri ke kentang Russet Burbank. Gen
tersebut dapat meningkatkan kandungan pati umbi yang dihasilkan dan menurunkan
penyerapan minyak sewaktu digoreng. Hal ini dianggap menguntungkan karena
dapat menurunkan biaya produksi sekaligus lebih sehat bagi konsumen. Uji
lapangan kultivar Katahdin terhadap serangan Phytopthora infestans. Tampak Kathadin lebih tahan dibandingkan
dengan kentang control.
Kemajuan
Dan Penerapan Bioteknologi Tanaman Pada Tanaman Hortikultura
Dengan semakin meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat
akan arti penting kesehatan, kebutuhan akan produk-produk hortikultura sebagai
sumber vitamin meningkat. Selain itu dari sisi kesehatan mental,
kebutuhan produk hortikultura yang lain yaitu berbagai tanaman hias turut
meningkat. Teknik kultur jaringan telah dimanfaatkan secara luas
pada tahaman hortikultura, seperti perbanyakan klonal yang dikombinasikan
dengan teknik bebas virus pada kentang, pisang, anggur, apel, pear dan berbagai
jenis tanaman hias, serta penyelamatan embrio untuk mendapatkan tanaman hibrida
dari hasil persilangan interspecies. Teknologi
rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman hortiklutura.
Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah Tomat Flavr Savr.
Tomat merupakan salah satu produk hortikultura utama. Seperti
produk hortikultura pada umumnya, tomat memiliki shelf-life yang pendek.
Shelf-life yang pendek ini disebabkan
dengan aktifnya beberapa gen seperti pectinase
saat tomat mengalami kematangan. Dengan kondisi seperti ini, tomat sulit
sekali untuk dipasarkan ke tempat yang jauh terlebih untuk ekspor. Biaya pengemasan sangat mahal seperti
menyediakan box yang dilengkapi pendingin. Untuk mengatasi hal ini para
peneliti di Amerika mencoba merekayasa kerja gen polygalacturonase (PG) yang
berasosiasi dengan shelf-life tomat
yaitu dengan menginsert antisense dari gen PG.
Dengan demikian shelf-life tomat menjadi lebih lama. Tomat ini dinamakan
dengan Flavr Savr. Pada industri tanaman hias, teknik
kultur jaringan telah digunakan secara meluas pada berbagai tanaman hias.
Teknik kultur jaringan yang diaplikasikan mencakup kultur meristem,
organogenesis dan somatic embryogenesis, konservasi, eliminasi
patogen.
Sementara itu untuk meningkatkan keragaman dapat memanfaatkan
adanya variasi somaklonal. Hal ini sangat penting dilakukan mengingat
tanaman hias kebanyakan dinilai dari segi estetika dan kelangkaannya, serta
bentuk-bentuk baru seperti bentuk serta warna daun dan bunga, arsitektur
tanaman, serta sifat-sifat unik tanaman tertentu. Teknik lain untuk
keperluan ini adalah mutasi. Pada industri tanaman hias dalam pot sering
digunakan Zat Pengatur Tumbuh untuk mengatur pola pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Contohnya adalah penggunaan retar dan untuk membuat pertumbuhan
menjadi pendek dan meroset.
Pemanfaatan rekayasa genetika pada tanaman hias berpotensi untuk
menambahkan sifat-sifat baru yang unik. Contoh tanaman
yang telah direkayasa antara lain krisan dan mawar dengan tingkat ketahanan dan
vase life yang lebih tinggi.
Somatic embryogenesis Euphorbia
pulcherrima. Hasil variasi somaklonal pada spesies Anthurium
![]() |
Tomat Flavr Savr |
Kemajuan
Dan Penerapan Bioteknologi Tanaman Pada Tanaman Perkebunan
Bioteknologi juga diterapkan pada beberapa tanaman perkebunan
seperti tebu, tembakau, kelapa sawit dan lain-lain. Hingga saat ini kapas
merpuakan komoditas yang paling banyak mendapat sentuhan bioteknologi. Di
Amerika, hingga saat ini tanaman transgenik yang paling banyak dilepas adalah
kapas.
Kapas transgenik yang terkenal adalah kapas Bt (Bacillus thuringiensis). Dengan
introduksi gen Bt ke tanaman kapas, tanaman kapas menjadi tahan terhadap hama
yang disebabkan tanaman dapat memproduksi protein Bt-toxin. Bt pertama ditemukan tahun 1911 dan terdaftar
sebagai biopestisida di Amerika Serikat tahun 1961.
Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan
kesehatan karena kadar nikotin yang tinggi. Pendekatan bioteknologi
dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan merakit tanaman tembakau yang bebas kandungan nikotin.
Dengan cara ini perokok dapat terkurangi resiko gangguan kesehatannya.
Pada tahun 2001 jenis tembakau ini diklaim dapat mengurangi resiko
serangan kanker akibat merokok. Selain bebas nikotin, sentuhan
bioteknologi lain juga dilakukan untuk tanaman tembakau misalnya dengan
meningkatkan aroma menggunakan gen aroma dari tanaman lain. Salah satu yang
telah berhasil adalah menggunakan monoterpene synthase dari lemon.
![]() |
kapas Bt (Bacillus thuringiensis) |
![]() |
Tembakau bebas kandungan nikotin |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar